Globalisasi dan Kebudayaan

(Rabu, 02 Januari 2008)

Asranuddin Patoppoi

Zaman yang mengalami perubahan kian melesat demikian cepat mengantar menuju sebuah peradaban yang sangat dinantikan sekaligus dikhawatirkan oleh masyarakat dunia. Peradaban yang muncul hari ini merupakan suatu peradaban yang serba instant, serba mudah dan dapat dikomsumsi oleh siapa pun juga. Paradaban ini telah mengaburkan atau bahkan menghilangkan kategori-kategori social, batas social, dan hirarki social yang sebelumnya membentuk suatu masnyarakat (community) mmenjadi suatu masnyarakat yang ‘transparan’. Batas-batas social antara dunia anak-anak dan orang tua telah hancur dalam lembaran-lembaran majalah porno, dalam piringan video blue atau disket cyberporn, batas antara proletariat dan berjuis lenyap dalam dunia virtualisme komsumsi (komsumerisme), batas antara bencana ekonomi virtual, dalam hal ini para pejabat Bank Sentral ikut bermain dalam bursa valas, batas antara kebenaran fakta dan kepalsuan lenyap dalam tangan-tangan virtualitas media dan informasi .


Masyarakat yang akan dibentuk oleh zaman ini adalah zaman dimana yang penuh dengan kepalsuan dimana realitas lenyap ketika sebelumnya dianggap suatu yang bukan relitas seperti fantasi, angan-angan, ilusi, halusinasi, dll. Ketika yang semua dianggap sebagai realitas, ketika realitas maya (virtual realaty) menggantikan realitas yang sebenarnya. Ketika realitas menuju titik balik kelenyapannya, maka menuju suatu postrealitas. Realitas politik menjadi politik virtual, realitas social digantikan social virtual. Realitas manusia digusur oleh mnusia semu (cyborg). Realitas seksualitas digantikan oleh seksualitas semu (teledildonik).
Modernisasi dan globalisasi yang sedang mengorbit dalam decade ini telah membawa masyarakat kontenporer kedalam suatu relitas relitas baru.ketenangan,kenyamanan,keamanan,rasa spiritualitas yang dalam,moralitas,keindahan,semagat kebersamaan,kearipan-kearifan telah tergusur dan terabaikan lagi.Sejumlah peradaban kebudayaan, pertumbuhan kebudayaan dan peradaban mengalami perubahan menurut zamannya yang menghantarkan peralihan dari suatu periode social keperiode social yang lain.setiap periode sejara merupakan periode khas dari suatu waktu, dimana masyarakat/massa memiliki karakteristik mental, religiutas, ilmiah, cultural, social, eksistensial, baik yang khusus maupun yang umum. Kerapkali karakteristik-karakteristik mengkristal menjadi pribadi-pribadi yang menyatakan dirinya selama priode sejara tertentu. Karakteristik yang mengkristal tersebut akan menjadikan dirinya sebagai pembentuk sejarahnya dari guratan-guratan sejarahnya dalam suatu periode kesejarahnya.hal ini akan berubah dan pudar karena adanya factor-faktor yang mempengaruhinya seperti social, ekonomi, dan interaksi dengan kebudayaan lain sebagai akibatnya karakteristik yang dimiliki sebelumnya akan berubah dan akan ditinggalkannya karena telah ditinggalkan oleh karakteristik baru tersebut maka muncullah manusia baru dengan karakteristik baru semisal pemikiran, perasaan, pandangan-pandangan dan watak baru serta hubungan social yang baru pula.dengan demikian masyarakat terus bergulir dan bergerak dari satu periode keperiode berikutnya.
Problem-problem yang ada adalah merupakan bagian dari problem-problem pribadi(individual problem).pemecahan antara problem social dan problem pribadi haru dilakukan secara simultan.problem social harus ditangani dengan pemecahan masalah social begitu pula dengan problem individual harus diselesaikan dengan pemecahan pribadi.misalnya kebudayaan yang ada sekarang,cyberporn atau teledildoni,apakah merupakan masalah social atau masalah individual,karena yang melakukan hal itu,mungkin karena kerendahan tingkat pengetahuan,iman/spritualitasnya orang bersangkutan atau bahkan ia melakukan karena disediakan oleh institusi umum,missal warnet dan telivisi.
Globalisasi sebagai Arus "Kebudayaan Baru"
Globalisasi yang merupakan suatu bentuk baru dari kapitalisme dan inperialisme yang semakin melebar sayapnya dan kukunya yang siap menerkam mangsa yang dalam hal ini Negara-negara ketiga yang berada di Amerika latin, Afrika dan Asia. Salah satu pendukung atau pilar utama dari globalisasi adalah kemajuan teknologi informatika. Krisis terhadap pembangunan belum berakhir, tetapi suatu made of domination telah disiapkan,dan dunia memasuki era baru yakni era globalisasi.liberalisasi segala bidang dipaksakan melalui stuktural adjustment programs oleh lembaga financial global yang dikenal dengan wto.
Glonalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada system ekonomi dunia yang berdasarka pada keyakinan perdagangan bebas (free fight liberalism) yang sesungguhnya telah dicanangkan sejak zaman kolonialisme. Actor utama dari globalisasi adalah perusahaan transnasional (TNCs) dan bank-bank transnasional (TNBs) serta lembaga-lembaga keuangan multilateral seperti Bank Dunia dan IMF serta berasosiasi dengan perdagangan regional dan global seperti WTO, APEC, ASEAN, dan sebagainya (Mansour Fakih :2002). Pada dasarnya semua proses pengintegrasian ekonomi nasional menjadi ekonomi global merupakan hasil perjuangan perusahaan-peruasahaan transnasional karena pada dasarnya merekalah yang diuntungkan dari proses tersebut.
Dengan liberalisasi ekonomi tetsebut, maka akan membawa dampak-dampak seluruh aspek kehidupan. Dalam bidang politik, setiap kebijakan yang kan dihasikan oleh sebuah pemerintahan Negara-negara ketiga mesti mendapat restu dari negera-negara pemegang hegemoni, yang tentunya kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan proses imperialisme, misalnya dalam konteks Indonesia dengan diterbitkanya UU PMA maka akan lebih memudahkan para investor asing untukmenanamkan investasinya di Indonesia. Dalam bidang social, semakin terbukanya jurang pemisah yang dalam antara Negara-negara dunia pertama dengan Negara-negara dunia ketiga. Negara yang tergabung dalam kelompok G7, akan semakin mendapat keuntungan yang besar dari perusahaan-perusahaan transnasionalnya, sementara Negara dunia ketiga, sumberdayanya semakin tersedot. Dampak bagi Negara ketiga adalah pendidikan dinegara dunia ketiga semakin terlantar, kesehatan memburuk, dan kerusakan lingkungan, dll.
Dalam aspek kebudayaan,, mulainya tergeser nilai pembentuk kebudayaan dinegara dunia ketiga, seperti spritualitas, dan kebersamaan. Sehingga masyarakat kehilangan orientasi dan tujuan hidup yang hakiki. Terjadinya gejala peningkatan angka kriminalitas, pemerkosaan, dan berbagai patologi social lainya. Nilai seorang manusialebih rendah dari sebungkus mie instant, kesucian gadis-gadis telah ternodai akibat keterpaksaaan akan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Hal tersebut seolah menjadi takdir social yang harus diterima oleh setiap ummat manusiayang kurang beruntun.
Kesadaran baru yang kritis
Kita kaum muda dan kaum terpelajar mesti mengetahui bahwa kita berada dalam kondisi atau zaman yang bagaimana.kita tidak boleh untuk tidak mengalisa dan mengevaluasin setiap perkembangan zaman, perlu ada suatu keberanian untuk mengungkap realitas yang terjadi hari ini.kita mempunyai peranan dalam menentulan sejarah masa depan kita. Kita sedang menghadapi konflik yang serius dalam masyarakat, bila konflik tidak dirasakan, dipahami, ditemukan dan dianalisa secara serius, kita akan menjadi mainan zaman itu atau bahkan akan diludahi oleh zaman itu.sebaliknya ketika kita berhasil mengenali dan menganalisa konflik-konflik itu maka kita akan menemukan sisi-sisinya yang baik dan buruk yang berdampak pada eksistensi kita.ketika ditemukan sisi baiknya maka gerakan untuk memajukan estensi kita dan membuang atau melenyapkan sisi buruknya tersebut. Dengan demikian diperlukan sebuah cara pandang atas realitas, sehingga menjadi penting untuk berideologi.
Ideology, dalam ungkapan seorang penulis Prancis, adalah sebuah kata ajaib yang menciptakan pikiran dan semangat hidup diantara manusia, terutama diantara "kaum muda", dan khususnya diantara para cendikiawan atu inteklektual dalam suatu masyarakat. Ideology selalu dihubungkan dengan cendikiwan dan kebudayaan saling memerlukan. Oleh karenanya seorang cendikiawan atau ilntelektual dituntut untuk memiliki pengertian yang jelas mengenai ideology yang dapat membantunya mengembangkan suatu pemikiran yang khas .karena kita hidup dalam suatu zaman maka dituntut untuk memiliki suatu ideology landasan atau pijakan dalsm tujuan hidup kita dan aktivitas keseharian kita .
Kata ideology mempunyai pembagian yaitu, ideo yang berarti ide, gagasan, pemikiran dan keyakinan. Dan logos yang berarti ilmu, logika, maka dapat diartikan ideology adalah ilmu tentang keyakinan atau gagasan . Ideology, yakin pada tiga tahapan. Tahap pertama cara kita melihat alam semesta, eksistensi dan manusia. Tahap kedua mencakup cara khusus kita memaknai dan menilai semua benda dan gagsan atau ide-ide yang membentuk lingkungan social dan mental kita. Tahap ketiga dari usulan-usaulan, metode atau pendekatan-pendekatan dan keinginan untuk merubah sesuatu keadaan status quo yang kita saksikan dan tak disukai. Pada tahap ketiga inilah ideology berjalan secara fungsional yang memberikan spirit kepada para pengawal misinya.cita-cita serta rencana praktis untuk mengunah suatu keadaan atau kondisi-kondisi social yang diinginkan.
Bagi seorang idolog, ideologinya adalah suatu kepentingan yang mutlak.setiap ideology mulai dengan tahapan kritis, kritis terhadap status quo masyarakat,dengan berbagai aspek cultural,ekonomi,politik, dan moral yang condong melawan perubahan yang diinginkan. Ideology sanantisa memberikan spirit, inspirasi, mengarahkan dan mengorganisis setiap perubahan-perubahan yang akan dilakukan untuk mengubah suatu tatanan masyarakat tersebut .ideologi pada hakrkatnya adalah keyakinan ,tanggungjawab, keterlibatan dan komitmen .
Dengan demikian, maka kaum intektual tidak boleh menutup mata atas realitas social yang seperti itu. Sikap waspada dan saling memperingatkan dalam rangka untuk menjaga kesadaran ktitis (critical consciusness) sangat diperlukan dan menjaga proses humanisasi sehingga terhindari dalam sauna dehumanisasi. Tanpa pemahaman yang konprehensip dan kritis terhadap proses globalisasi, maka akan menyeret kita dalam kubangan globalisasi yang mengerikan. Kesadaran kolektif diperlukan dengan pembentukan komunitas-kominitas alternalitf yang memproduksi kaum inteletual atau idiolog yang santun, radikal dan kritis. Komunitas yang selalu mempertanyakan setiap diskursus doninan yang menghegemoni masyarakat.
Strategi perubahan social dapat kita pilih tergantung atas kondisi yang melingkupi kita yang terdiri dari revolusi, persuasive strategi, dalam hal ini media massa sangat berperang dalam menentukan opini public dan yang terakhir adalah strategi normative-reedukatif. Normatif adalah aturan-aturan yang berlaku di masyarakat. Norma termasyarakatkan lewat pendidikan(education). Strategi normative ini selalu digandengkan dengan edukasi untuk menanamkan dan mengantikan paradigma berpikir masyarakat yang lama dengan yang baru.

Posted in Diposting oleh asra di 01.57  

0 komentar: